Double
Date Pesona Wayang Klitik
Ketika
sang surya mulai menampakkan warna keemasannya . Semilir angin membawa kehangatan dipagi hari
yang cerah ini. Kicau burung mengalun lembut bersamaan gemericik air yang
mengalir di sela bebatuan. Telihat jelas suasana pedesaan yang enak dipandang
oleh mata. Keindahan alam yang yang seolah membuat mataku terpukau oleh
Agung-Nya kuasa Allah. Terdapat keramaian
di dalamnya, para penjual sudah memenuhi jalanan maupun pasar.
“ Hai,
maulida ning desane kene kok rame to ?gak
koyo biasane yo.. emange ono opo leh.?” Tanya seorang pemuda yang tampan,
tinggi dan gaya bicara yang sok keren.
“
Men, kowe lali opo nglali to? Mengko bengi iku ono pertunjukan wayang klitik. ” balas Maulida seorang gadis kecil
mungil nan ayu rupanya.
“Ono acara opo si. ? ” tanya romen dengan raut wajah penasaran sembari mengingat – ingat.
“Ono acara opo si. ? ” tanya romen dengan raut wajah penasaran sembari mengingat – ingat.
“
Men2, kowe ki wes pikun yo ?,
mengko kan ono acara sedekah bumi utowo syukuran desa amargi hasil panen
melimpah ing desa Wonosoco kita yang
tercinta ini.” jawab maulida dan mencoba menjelaskan.
*
Sambil melihat – lihat para penjual yang sedang berjualan, Maulida mengajak
Romen untuk membeli makanan diantara penjual yang sudah menempatkan diri di
pasar sejak dini hari tadi. Selang beberapa menit Maulida dan Romen sudah
membeli makanan yang mereka butuhkan, kemudian mereka melanjutkan perjalanannya
ke kantor desa ( tempat pertunjukan wayang diadakan ) untuk melihat persiapan – persiapan yang dilakukan oleh panitia sedekah.
“Maulida,sedekah
bumi atau syukuran hasil panen iku opo to ?.” tanya Romen.
“
Lho, kowe gak ngerti to men ?
sedekah bumi utowo syukuran hasil panen iku bentuk rasa syukur kito karo Gusti
Allah amargi ingkang Kuwasa menehi panen sing melimpah akih .” jelas Maulida.
“
Maulida, hubungan sedekah bumi karo pertunujukan wayang iku opo to ya ?
.”
Tanya Romen (sambil menggaruk kepalanya ).
Maulida dengan
menatap Romen “ Hubungane yoiku.. sedekah lan wayang
kulit inggih punika satu kesatuan adat istiadat ingkang sampun kalampah pirang –
pirang tahun umpamane wayang iku gak di gawe pertunjukkan iso gawe panen tahun
ngarep kuwi gagal.”
Di sela-sela perbincangan Romen dan Maulida tiba-tiba Avi dan Lian datang
menghampiri. Mereka juga ingin ikut menonton persiapan pertunjukan wayang
klitik. Lalu, mereka berempat pergi ke kantor balai desa. Selama dalam
perjalanan ke balai desa, mereka melihat-lihat pameran dan para pedagang yang
berjualan. Ketika sampai di Balai Desa Romen terkagum karena
persiapan-persiapannya sudah matang.
‘‘ Wah, sae tenan ya pamerane opo maneh
mengko bengi.. ” ucap Avi
“
Lhah iyaaa dong.” Balas Maulida.
Sekitar jam empat sore, meraka berempat pulang
dan akan kembali ke Balai Desa nanti malam untuk menonton pertunjukkan wayang
klitik.
“ Mengko ojo lali yo kumpul neng kene meneh. ” jelas Maulida.
**
Pukul delapan malam Balai
Desa Wonosoco sudah ramai di penuhi para pengunjung dan para pedagang. Semua
antusias menonton pertunjukkan wayang klitik tapi Maulida dan Romen belum
sampai ditempat. Avi dan Lian lama menunggu, hingga akhirnya tiba – tiba Romen dan Maulida menepuk pundak mereka berdua. Avi dan Lian serentak
mereka berkata “ ciyeeeeee….”.
Mereka berempatpun
sangat menikmati salah satu budaya di desanya itu yaitu pertunjukan wayang
klitik bagi mereka, pertunjukan wayang
klitik itu sanagt menarik, bisa menambah wawasan bahwa kebudayaan seperti itu
seharusnya dilestarikan dan sebenarnya kebudayaan yang ada di Indonesia sangat
banyak dan belum terdeteksi. So,
kita sebagai generasi muda perlu melestarikan dengan menjaganya kalo perlu
kenalkan kepada negara luar.
• Finir •
Created by : Cak Mat, Ginanjar, Ucil, Titin R.A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar